Kompak Bisa Berdampak

admin 06/02/2019 0
Kompak Bisa Berdampak

Kompak Bisa Berdampak

Oleh: Eka Wartana

Judul artikel ini bisa jadi menimbulkan dugaan bahwa tulisan ini berbicara tentang perkelahian demi kekompakan. Tapi, bukan…..ini tentang sesuatu yang lain.

Sejak lama masyarakat heboh dengan menyebarnya penyakit HIV. Tapi kenapa masih saja menyebar luas? Terlepas dari sisi ‘nafsu’, penyebabnya adalah karena kekompakan: memakai jarum suntik yang sama, alat cukur yang sama.

Sayangnya, sikap kompak tidak hanya berakibat meluasnya HIV, tapi juga hepatitis, influensa, tenggorokan, dan lain lainnya. Banyak sekali orang yang minum dari gelas yang sama, botol dan sedotan yang sama, makan dari sendok yang sama, dari piring yang sama. Orang yang tidak mau ikutan berlaku seperti itu, dibilang tidak kompak, asosial, kuper (kurang pergaulan).

Kita tinggal memilih, mau sok akrab dengan teman dan sekaligus dengan penyakitnya atau akrab tanpa sok akrab?

Tidak heran kalau hepatitis dan penyakit lainnya menyebar dengan pesat. Selama kebiasaan seperti diatas tidak dihentikan, maka penyebaran hepatitis sudah pasti akan semakin cepat meluas. Meluasnya tidak seperti deret hitung yang lambat, melainkan seperti deret ukur (exponential) yang cepat. Ibaratnya multi level marketing (MLM), yang nonstop merekruit downline.

Bagaimana caranya supaya penyebaran hepatitis bisa diperlambat?

Beberapa saran:

  • Hindari makan dan minum dari alat yang sama. Memang tidak semua orang mengandung virus hepatitis didalam tubuhnya, tapi tahukan kita siapa yang sudah terpapar virus hepatitis dan siap yang tidak (atau belum)? Untuk amannya, lebih baik mengubah kebiasaan yang berisiko. Hal ini juga berlaku bagi orang yang sudah mengidap hepatitis, supaya tidak ikut bertanggungjawab menyebarkan penyakit.
  • Tetap teguh, walaupun di cap sebagai orang kuper, anti social. Komentar tajam dari teman teman bisa memengaruhi orang yang kurang kukuh pendiriannya. Mau dikendalikan oleh situasi atau mengendalikan situasi?
  • Tetap berbagi dengan teman, dengan cara yang benar, misalnya memakai gelas, sendok, botol yang lain. Pertemanan tetap perlu dijaga dengan sikap yang aman: tidak tertular dan tidak menularkan penyakit.
  • Kalau ada kebiasaan yang terkait dengan adat, kiranya bisa dipertimbangkan langkah langkah yang baik supaya bisa mencegah penyebaran penyakit.

Ada kebiasaan mengambil lauk bersama dengan sendok yang dipakainya sendiri. Dalam hal ini sebaiknya ambil lauk secukupnya sejak awal, tapi kalau malu, ya gak usah saja makan lauk tersebut.

Zaman sudah berubah, ada baiknya kebiasaanpun mengikuti perubahan, supaya kita tidak tergilas oleh perubahan itu.

Tindakan pengobatan selalu lebih mahal daripada pencegahan. Apalagi untuk penyakit yang akan dibawa seumur hidup. Daripada buang buang duit untuk hal hal yang bisa dihindari, bukankah lebih baik, duitnya dibagi kepada orang yang kelaparan?

Akankah kita biarkan banyak orang yang tidak bersalah harus menderita, hanya karena mau terlihat kompak?

Sekedar opini saja……

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Founder: The MindWeb Way of Thinking – A Thinking Breakthrough

Author: To Think Without Thinking (English Edition), Berpikir Tanpa Mikir (Edisi Indonesia), MindWeb – A New Way of Thinking (Indonesian & English Edition)

Website: mindwebway.com

Keperluan Training dan Buku: WA: 081281811999, eka.wartana@mindwebway.com, ewartana@yahoo.com

#hepatitis #mindweb #mindweb way #berpikirtanpamikir #tothinkwithoutthinking #ekawartana #thinkingbreakthrough #trainer #kompak

Leave A Response »