Maaf Yang Rapel Atau Ritel?

admin 01/08/2014 0
Maaf Yang Rapel Atau Ritel?

Maaf Yang Rapel Atau Ritel?

Setiap Hari Raya Idul Fitri orang orang saling mengucapkan selamat dan memohon maaf lahir dan bathin. Berbicara tentang maaf, banyak hal terkait yang bisa diolah dengan konsep interkoneksi ala MindWeb Way, diantaranya:

Semua Memohon, Siapa Memberi?

Setiap kali saling bertemu, setiap orang akan memohon maaf lahir dan bathin, yang dibalas juga dengan permohonan maaf yang sama. Semua pihak meminta, lalu siapa yang memberi? Apakah permohonan itu dikabulkan? Apakah maaf diberikan? Rasanya kurang jelas, ya? Dari sisi lain, dari adat Timur mungkin dirasakan kurang sopan jika permohonan itu dijawab dengan:”Okay, deh, aku maaf-in kamu”. Jadi, gimana dong? Langsung memaafkan aja, walau hanya didalam hati?

Ikhlas Atau Basa Basi?

Sarana komunikasi semakin luas, memancing semakin meluapnya informasi. Kuantitas telah mengalahkan kualitas. Ucapan selamat dilakukan dengan sistim borongan, langsung dikirim ke banyak orang sekaligus, tanpa nama orang yang dituju. Memang praktis, menghemat waktu, namun sentuhan emosionalnya terasa luntur. Logika telah mengalahkan Emosi.

Rapel atau Ritel?

Ada kesan seakan kesalahan kesalahan dikumpulkan untuk “dibersihkan” (dimaafkan) pada Hari Raya. Itupun kalau memang dimaafkan dengan tulus. Ibaratkan pedagang pakaian, setiap tahun mereka melakukan apa yang disebut “cuci gudang”. Kitapun melakukan hal yang sama: “cuci pikiran”, membersihkan pikiran dari rasa dendam, marah, sakit hati kepada orang lain. Tapi kenapa harus menunggu begitu lama?

“Sampah emosi” yang teronggok begitu lama didalam hati, akan menyebarkan penyakit yang mengganggu kesehatan jiwa pemilik “gudang”. Bagusnya sampah itu diritel aja, dibersihkan segera setelah terjadi. Tapi sebagai manusia, seringkali sulit untuk begitu saja memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain (forgive & forget). Nah, yang ini memerlukan “cuci gudang” setiap tahun.

Merampas Hak Tuhan

Begitu banyak doa yang dipanjatkan untuk memohon ampun kepada Allah. Disisi lain, begitu banyaknya orang yang tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Rasanya ada ketimpangan disini ya? Banyak orang yang ingin menghukum orang lain dengan tidak mau memaafkan, bahkan ada yang menyimpan dendam dan mengharapkan celaka pada orang yang telah menyakitinya. Tanpa disadarinya, dia telah merampas hak Tuhan. Dia lupa bahwa Tuhan Maha Adil. Kenapa ya, manusia mau menghukum sesamanya, padahal hak untuk itu ada pada Tuhan? Bagusnya, kita serahkan saja kepada Tuhan, apakah orang yang bersalah mau dihukum atau tidak. Tugas kita hanyalah memberi maaf.

“Janganlah kita hanya meminta maaf, tapi lebih seringlah memberi maaf”

Sekedar bertukar pikiran…..

Salam, Eka Wartana

Penemu & Penulis Buku MindWeb, Konsep Berpikir Tanpa Mikir

Website: mindwebway.com

Leave A Response »